LAMONGAN adalah satu kabupaten di Jawa Timur yang mengalami pembangunan sangat cepat,
terutama infrastruktur,industri dan wisata. Sejak satu dasawarsa terakhir, Lamongan dikenal sebagai daerah yang
beberapa kali meraih penghargaan otonomi award dari propinsi Jawa Timur dan dari lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Keberhasilan lainnya adalah merebut sebagai kabupaten yang mampu menciptakan good
goverment.
lamongan memiliki tradisi dan budaya yang beragam (multi culture).
Warga lamongan sangat dikenal memiliki etos yang tinggi, pekerja keras, dan tidak mudah menyerah.
Orang Lamongan sangat menghargai kesempatan dan waktu untuk digunakan hal-hal
produktif. Orang Lamongan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama
untuk bekerja di sektor apa pun. Namun yang lebih mengesankan adalah adanya
kerjasama dan komunikasi yang baik antara suami dan istri yang rela saling
berbagi pekerjaan demi menunjang kesuksesan keluarga.
Mayoritas mata pencarian warga Lamongan adalah petani dan
nelayan. Sisanya ada yang menjadi pedagang, Guru, PNS, dan TKI di negara jiran
Malaysia. Budaya warga Lamongan adalah tidak selalu menggantungkan seorang
suami sebagai kepala keluarga, tetapi suami-istri sama-sama mengambil peran masing-masing.
Dalam soal pekerjaan untuk mendapatkan rezeki, suami-istri kerja di sawah
adalah hal yang biasa. Suami pergi ke laut dan istri membetulkan jala/jaring
adalah hal yang lumrah. Itulah hidup kebersamaan yang tampak sehat dan
harminis. Hal lain yang dapat ditemui yaitu jarang terjadi perceraian
suami-istri, sebagaimana orang yang hidup diperkotaan, apalagi perilaku seorang
artis di ibu kota.
Resep hidup kebersamaan itulah menjadi modal utama bagi orang
Lamongan untuk membangun sebuah keluarga sakinah mawaddah warahmah. Orang
Lamongan suka hidup apa adanya, tanpa harus menunjukkan sesuatu yang bukan
menjadi milik dan kepunyaannya. Kehebatan budaya Lamongan ialah semangat
menghargai dan mencintai kebersamaan dalam berbagai keberbedaan yang ada.
Budaya seperti itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkup
keluarga, dan lebih-lebih di tengah kehidupan masyarakat.
Wilayah Lamongan terbagi menjadi bagian bagian, yakni pesisir,
tengah kota dan pedalaman. Ketiga wilayah itu selain memiliki kesamaan juga
memiliki kharakteristik dan ciri berbeda. Biasanya, budaya pesisir dikenal
sebagai budaya yang keras dan orang-orangnya bermental pantang menyerah.
Warga pesisir dijuluki sebagai warga yang berperilaku
religius. Paham keagamaan mereka sangat kuat dan rajin (taat) menjalankan
ibadah. Shalat jama’ah lima waktu dibeberapa masjid dan mushalla tampak ramai
seperti halnya shalat jum’at. Demikian halnya dengan puasa, walau mereka
bekerja sangat berat dan menantang karena sengatan matahari yang begitu panas,
akan tetapi mereka jarang sekali meninggalkan puasanya hanya gara-gara
pekerjaan dan sengatan terik matahari. Hal ini sangat berbeda sekali dengan
perilaku orang kota—- yang terbiasa hidup manja dan enak—- mereka mudah
menggugurkan sebuah perintah dan kewajibannya hanya karena sebuah halangan dan
tantangan yang tidak berat.
Sentuhan Pemimpin Kreatif
Sejak kepemimpinan Bupati Masfuk sepuluh tahun silam, Lamongan
bagaikan disulap menjadi daerah yang maju, inovatif dan terkelola dengan baik.
Potensi daerah yang selama ini masih belum tergali dan dimanfaatkannya, kini
dioptimalkan dengan sangat luar biasa. Sebut saja misalnya, Masfuk membangun
Wisata Bahari Lamongan (WBL), melengkapi Goa Maharani dengan sejumlah binatang
yang saat ini menjadi Maharani Zoo, mendirikan hotel yang stategis di pesisir
Laut Tanjung Kodok, membangun pelabuhan, pusat-pusat perbelanjaan, hingga
sampai penciptaan becak bermotor, agar orang yang meraik becak tidak lagi
bermodalkan “dengkul” tatapi dengan mesin.
Meski potensi itu sudah ada sejak dulu kala, bahkan takdir sunnahtullah
serasa tidak seperti sekarang ini yang kita bayangkan. Tanjung
Kodok sebagai kelebihan bibir pantai Lamongan sama sekali tidak pernah
dipikirkan. Melalui tangan dingin Masfuk, semua potensi tersebut dimanfaatkan sebagai
objek wisata dengan menggandeng investor asing untuk menginvestasikan modalnya
di Lamongan. Jadilah Wisata yang menawan para pengunjung dan penziarah untuk
melihat keindahan yang Allah takdirkan berjuta-juta tahun yang silam.
Saat ini ikon Lamongan terpusat pada WBL, sebagai tempat
jujukan para wisatawan yang datang dari mana pun. Sekalipun Lamongan memiliki
wisata yang begitu eksotik, tetapi Lamongan tidak mau meninggalkan budayanya,
yaitu religius. Lihat saja, di area WBL dibangun sebuah Masjid yang megah dan
strategis bagi para pengunjung yang akan menunaikan shalat. Para wisatawan yang
hendak shalat tidak perlu lagi menemui kesulitan mencari tempat shalat
sebagaimana tempat wisata lainnya.
Itulah sebuah ciri khas Lamongan yang sekalipun mengusung budaya
modern, tetapi tetapi menghargai dan melestarikan nilai-nilai yang religius
yang masih kental diyakini orang.
Keberadaan WBL tidak lepas dari sebuah masyarakat pesisir
Paciran-Lamongan. Masyarakat ini dikenal sangat kuat mempertahankan nilai-nilai
religiusnya. Bahkan, untuk hari libur saja, orang Paciran lebih memilih hari
jum’at ketimbang hari minggu. Tentu saja budaya tersebut lahir, bukan tanpa
maksud. Bahwa hari jum’at adalah hari yang harus di hormati, karena seorang
laki-laki wajib shalat jum’at. Sehingga sekolah/madrasah liburnya memilih hari
jum’at, bahkan beberapa pekerja (nelayan dan buruh), memilih jum’at sebagai
hari libur. Begitu kental masyarakat Paciran menghormati dan mengamalkan
tradisi dan budaya agama Islam.
Keberhasilan Lamongan yang perlu diapresiasi adalah perubahan
kabupaten dari yang dulu sama sekali tidak diperhitungkan dan dikunjungi orang,
kini menjadi kabupaten yang rata-rata per harinya tidak kurang dari 5000 hingga
15000 pengunjung menengok keindahan wisata Lamongan, baik itu WBL, Maharani
Zoo, maupun Makam Sunan Drajat. Bisa kita bayangkan, berapa besar pendapatan
yang masuk ke kas daerah, dan berapa besar putaran roda ekonomi yang terjadi
dimasyarakat sekitarnya, yang mampu memberi penghidupan masyarakat.
Selain itu, Lamongan juga dikenal sebagai tempat makam salah
satu walisongo, yaitu Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah seorang wali yang
hidupnya sangat sederhana dan memiliki kekhasan dalam berdakwah. Sunan Drajat
berhasil mengislamkan daerah pesisir tanpa harus konfrontasi (berkonflik)
dengan adat istiadat dan budaya setempat. Islam yang diajarkan Sunan Drajat
adalah Islam mengayomi dan melindungi semua warga masyakatnya.
Tidak luput perhatian dari pemimpin Lamongan, Masfuk memainkan
Makam Sunan Drajat sebagai potensi religi yang sangat penting untuk dikelola
sebagai tempat wisata yang menguntungkan daerah dan masyarakat sekitar. Potensi
ekonomi menjadi hidup berdampingan dengan wisata religi yang menyatu dengan
daerah setempat. Setelah dibangun dan dilengkapi dengan berbagai pusat
perbelanjaan, kini pengunjung Makam Sunan Drajat datang dari berbagai wilayah
di Indonesia.
Lamongan juga membangun sebuah pelabuhan bernama PT. Lamongan
Integrated Shorebase (LIS). Pelabuhan ini akan difungsikan untuk menyediakan
sentra logistik terpadu bertaraf internasional. Dengan adanya pelabuhan itu,
maka sentra logistik akan mampu melayani industri Migas yang beroperasi di Jawa
Timur dan Indonesia Timur dengan konsep One Stop Hypermarket. Capaian ini
merupakan keberhasilan Lamongan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Sumber potensi lamongan lainnya adalah padi dan ikan. Untuk Propinsi Jawa Timur, Lamongan telah surplus menyumbangkan beras untuk masyarakatnya dan kelebihannya di ekspor ke luar daerah Lamongan. Lamongan termasuk lumbungnya padi. Demikian halnya dengan ikan, Lamongan memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terbesar di Jawa Timur, yaitu pelabuhan Brondong yang dulu diresmikan oleh Presiden Soeharto Tahun 1980an. Ikan yang bongkar muat di pelabuhan Brondong mampu mesuplai semua warga Lamongan hingga dapat dikomsumsi sampai ke berbagai daerah di pulau Jawa dan keluar pulau Jawa.
Dari cabang olah raga, Lamongan juga dikenal dengan sepak
bolanya. Persatuan Sepak Bola Lamongan (Persela) mampu mengangkat reputasi nama
Lamongan di pentas nasional. Persela beberapa kali telah menorehkan juara I
Propinsi Jawa Timur. Tahun 2011 ini, persela U-21 telah menjuarai liga
Indonesia Junior menjadi sebuah potensi untuk mengembangkan bakat para pemuda
kota Lamongan. Prestasi demi prestasi yang lahir tentu bukan lahir dari sebuah
ketidaksengajaan, akan tetapi merupakan upaya yang dirancang, dipersiapkan dan
dikelola dengan baik.
Dari sekian banyak kemajuan yang ditorehkan Lamongan tersebut,
yang perlu mendapat aksentuasi (perhatian/penekanan) yaitu adanya sikap mau
maju, serius dan komitmen dalam memegang tugas dan amanah. Warga Lamongan tidak
suka hidup kepura-puraan, akan tetapi menyukai hidup yang lugas, apa adanya dan
tanpa pamrih.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar